Aku memandang kalender yang terletak di dinding kamarku dengan kesal. Rabu, 10 Oktober 2012, hari ulang tahun perkawinan kami yang kedua. Dan untuk kedua kalinya pula suamiku lupa. Yang pertama, dia lupa karena harus menemani ibu nya yang tiba2 menyuruh suamiku datang menemaninya membayar pajak mobil. Sebagai anak pertama, suamiku memang selalu 'ketiban anugrah' untuk terus mengurus segala tetek bengek di dalam keluarganya. Dan itu selalu membuat aku cemburu. Sama seperti hari ulang tahun ku 2 tahun ini. Dia selalu lupa.
Dan kalau aku protes dan ngambek karena dia 'selalu' lupa ritual setiap tahunnya, suamiku bilang "ga perlu ada momen khusus buat merayakan cinta kita, sayang. karena setiap hari aku selalu sayang kamu". Tanpa minta maaf. Hatiku kesal bercampur gondok.
Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor. Suamiku harus keluar kota untuk urusan pekerjaan, memang tidak berhari2, tapi suamiku pulang berbarengan dengan kepulangan para petugas ronda. Udah menjelang pagi. Kesibukannya membuatnya lupa. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang.
Heran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku kesal sekali. Dia memang berbeda dengan aku. Aku selalu menyiapkan segala bentuk kejutan demi menyambut hari lahirnya atau hari jadi kita berdua. Aku suka sekali kejutan. Tapi dia tidak. Tidak ada bunga ataupun secarik puisi demi memperingati hari ulang tahunku. Dia hanya mengajakku ke pusat perbelanjaan dan menyuruhku memilih apa yang aku suka dan membelinya dari sana.
Dulu, sebelum menikah, aku selalu membayangkan memiliki suami yang super romantis dan suka memberi kejutan. Aku merasa kejutan2 dan bunga itu lambang cinta. Harapanku pupus sudah.
Aku tahu, kalau aku membutuhkan suamiku. aku mencintainya dan aku tau kalau dia juga mencintaiku. ehm, tunggu, apa setelah 2 tahun ini dia masih tetap mencintaiku?
Menikah dengannya berarti aku harus menerima keseluruhan yang ada pada dirinya. termasuk sifatnya. Aku harus menerimanya apa adanya. Tapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Aku kan sudah menunjukkan sikap yang penuh dengan keromantisan ddan kejutan. Masak dia ga mau memberikan kepadaku hal yang sama? Kepalaku pening memikirkan ini. Belum hadirnya buah hati diantara kita berdua menambah sifat kekanakkanku. Aku jadi sering ngambek dan cemberut.
Sore itu, hatiku masih sangat kesal. Telp dan SMS suamiku tak aku gubris. Aku kesel. Mangkel. Sebel. Hari ini, menjadi salah satu hari terburukku. Rasa kesalku semakin menjadi tatkala aku melihat lemari pakaian yang berantakan. Ini pasti gara2 suamiku. Aku yang selalu senang kerapihan dan keteraturan, berbeda dengan suamiku yang sembrono dan berantakan.
Aku menarik keluar seluruh isi lemari pakaian dan mulai menyusunnya dari awal. Baju2 dan celana yang sudah kulipat rapih berjatuhan di lantai. Aku tak perduli. Biar saja aku setrika ulang semua pakaian itu demi membunuh waktu. Toh hari ini aku ga ada acara khusus. Di hari ulang tahun pernikahan kedua ini.
Aku setrika lagi satu demi satu pakaian dan kuletakkan rapih di dalam lemari. Semua hampir selesai, ketika aku lihat ada kemeja belel yang aku ingat sudah lama sekali aku buang karena sudah sangat lama dan hampir rusak, aku ambil kemeja itu, tentunya tak aku setrika karena aku berniat untuk membuangnya kembali dengan menggunting2 kemeja itu menjadi beberapa bagian. Aku mengambil gunting dan mulai untuk mengguntingnya. Tiba2 tanganku merasakan ada sesuatu yang keras di saku kemeja belel itu. Aku masukkan tanganku untuk mencari apa isi saku kemeja itu. Dan dari dalam saku kemeja belel itu, aku mengeluarkan amplop putih panjang. Penasaran, aku bergegas merobek amplop putih panjang itu dan menemukan sepotong surat dan sebuah cincin. Cincin yang mirip dengan cincin kawinku. Cincin kawinku hilang karena waktu lebaran tahun lalu, rumah kami kedatangan banyak saudara dari suamiku, dan aku, yang terbiasa tidur tanpa menggunakan cincin, melepas cincinku dan meletakkan di lemari di samping tempat tidurku. Paginya, karena banyak tamu di rumahku, aku lupa memakai cincinku dan melakukan aktivitas ibu rumah tangga seperti biasanya. Kamar tidurku tak pernah aku kunci seperti sebelum2nya, menjadi arena bermain sepupu2 suamiku yang masih kecil. Ketika tersadar bahwa cincinku hilang, aku menangis sejadinya, dan suamiku hanya bilang akan menggantikan cincin itu. Tapi buatku, cincin itu takkan tergantikan sampai kapanpun. Cincin itu takkan terganti.
Kembali kepada secarik kertas itu, aku membaca perlahan isi kertas itu. Ternyata isinya adalah tulisan tangan suamiku yang mirip ceker ayam. Ya, suamiku memang tidak pernah rapih, bahkan dalam hal menulis. Isi tulisannya adalah;
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Lewat kata yang tak sempat disampaikan awan kepada air yang menjadikannya tiada. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. *
Maafin aku yang selalu sibuk dan lupa atas tanggal2 penting di hidup kita. Tapi kamu harus tau, aku ga bakal pernah lupa untuk mencintai kamu dan meletakkan kamu tepat di hatiku. Oia, aku tau kamu pasti ga bakal mau kalau aku ganti cincin kamu yang hilang. Ini cincin kamu yang dulu hilang, aku temukan tersangkut di saluran air washtafel waktu mampet tempo hari. Kamu ingat kan, waktu kamu marah2 karena saluran airnya mampet? Aku menemukan cincin ini tersangkut di dalam pipa pembuangannya. Happy anniversary ya honey, i always loving you.
Aku kaget. Ya Allah, suamiku ternyata.... aku hanya bisa meneteskan airmata setelahnya. Ini kejutan paling indah yang pernah aku terima. Terima kasih suamiku, Terima kasih Tuhan.
*dikutip dari Aku ingin mencintaimu dengan sederhana karya Sapardi Djoko Damono.
Happy wedding ann Pi, Kael
♥♥♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca curahan hati disini. Mohon maaf jika tidak berkenan atas isi postingannya. Terima kasih bila berkenan meninggalkan jejak. ^^